Tren yang mengubah kebiasaan mayoritas masyarakat dalam berkegiatan

 Surabaya, Selasa November 21 – Di era pasca Covid-19 kebanyakan dari kita lebih memilih hal yang instan dan simple, dikarenakan pada zaman Covid-19 kita diwajibkan untuk melakukan karantina di rumah masing-masing untuk mengurangi korban terdampak wabah Covid-19. Akibatnya kita terbiasa melakukaan kegiatan didalam rumah mau itu memesan makanan, berbelanja, membeli bahan pangan, maupun bersosialisasi.

Karena kebijakan Lockdown yang dilakukan oleh pemerintah, kita telah dipaksa untuk melakukan kegiatan di rumah, sehingga habit kita menjadi berubah. Seperti awalnya kita sering nongkrong di cafe, warkop, angkringan, dll, sekarang kebanyakan lebih memilih untuk bertahan di rumah sambil bermain game dan bergaul bersama temannya di balik layar kaca atau online.

Bukan hanya bermain bermain game atau ngobrol bersama secara online, namun kebiasaan nobar online sekarang sangatlah marak dikalangan anak muda. Yaitu dengan menonton film atau series di aplikasi Netflix, dikenal juga dengan sebutan Netflix and chill. Bagaimana tidak?, aplikasi ini menawarkan banyak manfaat ketimbang membuang tenaga, bensin, dan juga uang untuk membeli setiap tiket ketika ada film baru.

Aplikasi Netflix ini terkenal simpel dengan hanya berlangganan kalian dapat mengakses film atau series yang kalian sukai kapanpun dan dimanapun, dengan begitu banyak orang memilih untuk menggunakan Netflix dari pada harus effort untuk pergi ke bioskop. Sehingga hal ini menjadi habit para masyarakat yang mager ataupun tidak memiliki pasangan untuk pergi ke bioskop secara langsung.

Namun ada juga pemuda yang berpendapat berbeda, ia bahkan mengemukakan kelebihan serta kekurangan dalam perubahan habit berkegiatan di era pasca Covid-19. “begini mas mari kita lihat dari sisi positifnya terlebih dahulu, Netflix ini bisa kita akses dimanapun dan kapanpun sehingga mudah untuk mengaksesnya, nah sedangkan kekurangannya adalah hype dari film tersebut sangatlah kurang karena perangkat yang seadanya saja.” Jelas mas AMA.

“sebaliknya, nonton di bioskop lebih terasa vibe nya dengan bantuan effect suasana bioskop dan sound yang menggelegar serta layar yang sangat besar, membuat penonton serasa ikut hanyut di dalam film yang ia tonton. namun kekurangannya, harus antri, dan tidak bisa diakses semudah Netflix,” tambah mas AMA.

Kemudian saya juga mewawancarai seorang pemuda berinisial DWP, beliau mengemukakan bahwa “perubahan habit masyarakat pasca wabah Covid-19 sangatlah signifikan, kita bisa lihat sendiri sekarang banyak anak muda yang memilih untuk bermain game daripada bermain bersama temannya secara langsung. Hal ini termasuk 5 tren utama dalam perubahan perilaku yang muncul karena Covid-19 dan digitalisasi, yang termasuk dalam adopsi digital.”

“zaman dimana masyarakat lebih senang mengakses hal-hal secara digital dan instan, daripada harus datang langsung ke lokasi, dimana menurut saya hal ini sudah sewajarnya terjadi ketika suatu keadaan memaksa seseorang untuk merubah perilaku seseorang menuju sesuatu yang baru,” tambah mas DWP.

Dari pendapat mas DWP dapat kita jelaskan bahwa perubahan perilaku atau habit sudah selayaknya terjadi karena suatu dorongan situasi dan keadaan tertentu, seperti wabah yang membuat pemerintah membuat suatu kebijakan untuk melindungi masyarakatnya, ataupun karena perkembangan teknologi.

Hal itu pun disetujui oleh rekannya yang berinisial RP dengan menjelaskan alasan mengapa masyarakat melakukan perubahan perilaku “tentu aktifitas pada saat Lockdown tidak menguras banyak tenaga dan biaya kita bisa melakukannya hanya dari rumah saja bahkan dari tempat tidur kita, tanpa harus bangun dari ranjang, banyak orang yang kemudian nyaman dengan aktifitas ini karena tidak menguras tenaga dan biaya. Sebab manusia menginginkan sesuatu yang mudah dan cepat di dapat, sama seperti kegiatan online lebih simple dan lebih mudah dari pada offline yang harus menguras banyak waktu dan tenaga.”

NAMA/NIM : Nanda Attaya Satrio / 23041184362

KELAS : 2023H